Studi kelayakan atau Feasibility Study merupakan suatu analisis terhadap viability (di teruskan atau tidak) suatu ide usaha tersebut. Sehingga kegiatan yang dilakukan pada studi semuanya bertujuan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Tujuan dari Studi Kelayakan atau Feasibility Study untuk mengetahui gambaran menyeluruh mengenai layak atau tidak nya suatu usaha tersebut dijalankan.

Jika seorang pengusaha akan membuka suatu usaha maka akan memerluakan pertimbangan dan persiapan yang matang untuk berinvestasi pada usaha tersebut. Sehingga seorang pengusaha memerlukan seseorang yang ahli di bidang perencanaan khususnya studi kelayakan atau Feasibility Study yang merupakan salah satu bagian penting dari sebuah perencanaan suatu usaha. Seperti berinvestasi pada usaha restoran, perumahan, apartemen, hotel, rumah sakit dan berbagai usaha lainnya bukan lah investasi yang main-main dan coba-coba memerlukan persiapan dan pengkajian yang lebih mendalam.

Studi Kelayakan atau Feasibility Study merupakan salah satu cara untuk meminimalisir kerugian yang akan terjadi jika seorang pengusaha berinvestasi. Seorang konsultan Studi Kelayakan atau Feasibility Study akan memberikan pertimbangan dan analisis kepada pengusaha yang akan menjalankan usaha tersebut mengenai kajian yang dilakukannya dari aspek – aspek studi kelayakan atau Feasibility Study. Sehingga pengusaha tidak salah melangkah sebelum berinvestasi.

Penggunaan aspek pengkajian studi kelayakan dilakukan sesuai dengan kondisi kajian. Misalnya kajian studi kelayakan atau Feasibility Study adalah usaha apartemen maka aspek yang dikaji adalah aspek umum, aspek tapak, aspek ekonomi, aspek pasar dan aspek keuangan. Kemudian lain kasus kajian studi kelayakan atau Feasibility Study rumah sakit, aspek yang dikaji adalah aspek umum, aspek teknis, aspek ekonomi, aspek pasar dan aspek keuangan, selain itu pada kasus kajian pabrik industri aspek yang dikaji adalah aspek umum, aspek lingkungan, aspek teknis, aspek pasar dan aspek keungan.

Secara umum aspek – aspek dalam Studi Kelayakan atau Feasibility Study

  1. Aspek Pamasar

Perusahaan harus menentukan pasar sasaran dengan melakukan   segmentasi pasar karena pasar pada dasarnya bersifat heterogen. Segmentasi pasar menghasilkan segmen-segmen yang relatif homogen. Setalah pasar menjadi homogen, perusahaan hendaknya memilih sasaran yang lebih jelas. Hal ini dilakukan karena perusahaan memiliki sumber daya terbatas untuk dapat memenuhi pasar walaupun telah disegmentasikan. Dalam pemasaran biasanya dikenal dengan sistem STP (Segmentasi, Targeting dan Postioning).

  1. Aspek Teknik dan Teknologi

Manajemen operasional adalah seperangkat fungsi atau kegiatan manajemen yang mliputi perencanaan, organisasi, staffing, koordinsi, pengarahaan dan pengawasan terhadapa perusahaan. Ada 3 masalah pokok yang dihadapi perusahaan, yaitu penentuan posisi perusahaan, masalah desain, dan masalah operasional. Kelompok masalah sisi perusahaan, persoalan-persoalan uatamanya adalah : pemilihan strategi perusahaan, pemilihan dan perencanaan produk, dan perencanaan kualitas. Sedangkan kelompok  masalah desain, perosalan utamana adalah : pemilihan teknologi, perencanaan kapasitas proses produksi jasa, perencanaan tata letak usaha. Kelompok masalah operasional meliputi : perencanaan jumlah produski, manajemen persediaan, dan pengawasan kualitas produk.

  1. Aspek Manajemen

Manajemen dalam pembanguan proyek bisnis maupun manajemen dalam implementasi rutin bisnis adalah sama saja dengan manajemen lainnya. Manajemen berfungsi untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. Banyak terjadi, bahwa proyek-proyek bisnis gagal dibangun maupun dioperasionalkan bukan disebabkan karena aspek lain, tetapi karena lemahnya manajemen. Didalam pembangunan proyek bisnis, telah manajemennya antara lain menyusun rencana kerja, siapa saja yang terlibat, bagaimana mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan proyek dengan sebaik-baiknya.

  1. Aspek Sumber Daya Manusia

            Dalam membangun protek bisnis, khususnya bisnis jasa yang relatif besar, ketersediaan SDM untuk manajer proyek dn staff proyek hendaknya dikaji secara cermat. Kesuksesan suatu perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sebuah proyek bisnis sangat tergantung pada SDM yang solid, yaitu manajer dan timnya. Membangun sebuah tim yang efektif merupakan suatu kombinasi seni dan ilmu pengetahuan. Membangun sebuah tim yang efektif memerlukan perimbangan bukan hanya mengenai keahlian teknis para manajer atau anggota tim semata, melainkan juga mengenai peranan penting dalam keserlarasan manajemen dalam bekerja.

  1. Aspek Finansial

            Merealisasikan proyek bisnis tentu membutuhkan dana investasi. Dana diklasifikasina berdasarkan pada aktiva tetap berwujud, seperti tanah, banguna, pabrik dan mesin serta aktiva tidak berwujud seperti paten, lisensi, biaya pendahuluan dan biaya sebelum operasi. Setelah sejumlah dana yang dibuthkan diketahui, tahap berikutnya adalah mennetukan dalam bentuk apa dana tersebut didapat. Beberapa sumber dana yang penting antara lain :

  1. Modal pemilik perusahaan yang disetorkan,
  2. Saham yang diperoleh dari penerbitan saham dipasar modal,
  3. Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dan dijual di pasar modal,
  4. Kredit yang diterima dari bank,
  5. Sewa guna (leasing) dari lembaga non-bank.

            Studi kelayakan dari aspek keungan perlu menganalisis perkiraan arus kas. Pada umunya ada empat metode yang biasa dipertimbangkan untuk melakukan penilaian arus kas suatu investasi, yaitu metode payback period, net present value, internal rate of return dan profitability index, serta break even point.

Payback period adalah periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan arus kas. Internal rate of return adalah metode yang digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan dimasa mendatang dengan pengeluaran investasi awal. Net present value merupakan selisih antara present value dan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa mendatang.

Metode profitability index ialah metode untuk menghitung perbandingan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang dan nilai sekarang dari investasi. Terakhir, break even point ialah metode yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel dalam kegiatan perusahaan, seperti luas produksi atau tingkat produksi yang dilaksanakan.

  1. Aspek Ekonomi, Sosial dan Politik

Dari segi aspek ekonomi, cukup banyak data makroekonomi yang tersebar di berbagai media yang secara langsung maupun tidak langsung dapat dimanfaatkan oleh perusahaan. Data makroekonomi tersebut banyak yang dapat dijadikan sebagai factor indikator ekonomi yang dapat diolah menjadi informasi penting dalam rangka studi kelayakan bisnis misalnya : PDB (Produk Domestik Bruto), investasi, valuta asing, kredit perbankan, anggaran pemerintah, pengeluaran pembangunan, perdagangan luar negeri, dan neraca pembayaran.

Dari segi aspek sosial maka yang ditinjau adalah tujuan utama perusahaan. Tujuan utama perusahaan adalah mencari keuntungan yang sebesar-besarnya maka perusahaan tidak dapat bertahan lama. Perusahaan hidup bersama-sama dengan komponen lain dalam satu tatanan kehidupan yang prulalitas dan kompleks walau hendaknya berada dalam satu keseimbangan. Salah satu komponen yang dimaksud adalah lembaga sosial, sehingga dalam rangka keseimbangan tadi hendaknya perusahaan memiliki tanggung jawab sosial.

Dari segi aspek politik maka secara langsung ataupun tidak langsung berpengaruh kepada dunia bisnis. Makin kacau politik suatu Negara akan berdampak kacau pula pada dunia bisnis di Negara tersebut dan pula sebaliknya.

  1. Aspek Lingkungan Hidup

            Aspek lingkungan hidup sering disebut juga dengan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Analisis Mengenai Dampak Lingkungan sudah dikembangkan oleh beberapa Negara maju sejak 1970 dengan nama Environmental Impact Analysis atau Environmental Impact Assessment yang keduanya disingkat dengan EIA. AMDAL diperlukan untuk melakukan studi kelayakan dengan dua alasan pokok yakni :

  1. Karena undang-undang dan peraturan pemerintah mengkehendaki demikian. Jawaban ini cukup efektif untuk memaksa para pemilik bisnis yang kurang memperhatikan kualitas lingkungan dan hanya memikirkan keuntungan bisnisnya sebesar mungkin tanpa menghiraukan dampak ke lingkungan di sekitarnya.
  2. AMDAL harus dilakukan agar kualitas lingkungan tidak rusak dengan beroperasinya bisnis-bisnis industri. Para pemarkasa harus membuat AMDAL dengan konsekuensi dia mengeluarkan biaya. Tanggung jawab penyelenggaraan AMDAL ini buka berarti harus diemban oleh pemarkasa bisnis itu sendiri. Ia dapat menyerahkan ke penyelenggaraan konsultan swasta ataupun pihak lain atas dasar dari hukum pemerintah.
  1. Aspek Hukum dan Legalitas

Beberapa faktor yang dijadikan dasar dalam penilaian kelayakan, yaitu:

  1. Badan hukum apa yang paling sesuai untuk dijadikan bentuk formala badan usaha yang akan didirikan.
  2. Komoditas usaha termasuk jenis barang dagangan (komoditas) yang diperbolehkan yang diperbolehkan atau dilarang undang-undang.
  3. Cara berbisinis melanggar hukum agama atau tidak.
  4. Teknis operasional mendapatkan izin dari instansi/departemen/dinas terkait atau tidak.

Penentuan dan pemilihan bentuk badan hokum yang paling sesuai dengan tujuan didirikannya perusahaan dipengaruhi oleh 5 faktor yaitu:

  1. Faktor tujuan (goal)

Pertanyaan yang pertama kali muncul adalah apakah tujuan utama didirikannya perusahaan. Apakah semata-mata untuk mendapatkan keuntungan atau berorientasi pada kemanfaatan semata atau kedua-duanya, yaitu untuk mendapatkan keuntungan (profit) dan kemanfaatan (benefit).

  1. Faktor kepemilikan (ownership)

Pertamyaan selanjutnya adalah berapa orangkah pemilik perudahaan yang akan didirikan seorang, du orang atau lebih dari 20 orang. Jawaban pertanyaan itu dapat membawa konsekuensi terhadap bentuk hokum badan usaha yang akan dibangun.

  1. Faktor permodalan (capital)

Estimasi modal dasar yang diperlukan untuk mendirikan usaha akan menentukan bentuk hokum badan usaha karena untuk badan hokum tertentu mensyaratkan modal minimal.

  1. Faktor pembagian risiko (risk sharing)

Setiap usaha (bisnis) pasti mengandung  nilai resiko karena hokum ekonomi mengatakan bahwa antara resiko dan return ada hubungan positif dan signifikan. Pembagian porsi risiko dalam bisnis akan menentukan bentuk badan hokum yang digunakan. Ada badan hukum yang memiliki risiko tak terbatas sampai harta pribadi pemilik dan ada juga yang risikonya dibatasi hanya pada bagian kepemilikan modal usaha.

  1. Faktor jangka waktu (timely)

Batas waktu usia organisai berpengaruh dalam menentukan jenis badan hukum organisasi yang akan dipilih. Untuk badan hukum tertentu, pemerintah melalui undang-undang dan peraturannya tidak membatasi namun ada badan hukum yang batas waktunya dibatasi walaupun dapat diperpanjang lagi.

Husein Umar. Studi Kelayakan Bisnis. (PT Gramedia Pustaka: Jakarta, 2005) h. 245-256.